Oleh : Ridwan Pirmansyah
Kenapa kesempatan itu tidak aku manfaatkan dengan baik,padahal momen nya sudah memungkinkan.Kenapa waktu itu aku tidak mengungkapkan perasaanku padanya.Sekarang dia sudah pergi dan bahkan mungkin bakal susah sekali untuk bisa bertemu dengannya.Begini ceritanya.
Waktu aku kecil sekitar lima tahunanaku mempunyai teman kecil,namanya Sifa. Dia seorang perempuan dari kakek seorang petani yang lumayan berhasil dibidangnya. Dia itu orangnya baik,periang,dan sangat lucu,dia juga mempunyai pipi yang tembem,matanya sipit,dan warna kulitnya sawo matang.Kita berdua sering bermain bersama dilapangan kosong dilapangan dekat rumah sifa.
Selain bermain bersama aku dan Sifa juga sering ngaji bersama,piknik bersama,dan hamper semua aktivitas dilakukan bersamanya,kecuali mandi dan tidur tentunya. Senang sekali rasanya bisa melakukan aktivitas berdua bersamanya.
Suatu hari saat umurku menginjak 6 tahun,saat aku baru masuk kelas 1 SD,Sifa tiba-tiba harus pindah rumah dari Kp Cipanas Desa ke Jakarta untuk mengikuti perintah ayah nya untuk bersekolah di Jakarta.Sedih sekali rasanya harus kehilangan satu-satunya teman yang aku punya. Tapi tidak apa-apa mungkin itu yang terbaik untuk sifa.
Singkat cerita 10 tahun telah berlalu,umurku pun sudah menginjak 16 tahun,itu artinya 10 tahun juga aku tidak pernah bertemu dengan Sifa,teman kecilku.sampai ahirnya aku mendengar berita dari sepupunya sifa bahwa Sifa ada di Kp Cipanas Desa untuk sekedar berkunjung menemui keluarganya.Tak lama kemudian sekitar pukul 15.30,lewatlah seorang perempuan cantik di depan rumahku.
“Ridwan,kesini cepat.” Panggil Ibuku.
“Ada apa Bu ?”. Jawab ku.
“Di depan rumah ada Sifa temen kecil kamu,katanya dia mau ketemu sama kamu.” Jelas Ibu dengan tergesa.
Sesaat terlintas dipikiranku perihal kebeneran berita itu,Tapi dipikir lagi tidak mungkin juga Ibu ku berbohong kapadaku,akhirnya dengan tergesa-gesa aku lari dengan kencang ke luar rumah.
“Ridwan.” Terdengar suara seorang perempuan cantik dengan rambut lurusnya ,dan aroma parfum nya yang menusuk hidung.Tiba-tiba saja perasaan ku jadi tidak karuan,tangan ku berkeringat, sambil terus memandangi wajah cantik gadis itu.”Si….si…Sifa.” Jawab ku terbata “ Benar Rudwan,ini aku Sifa teman kecil kamu.aku kangen banget sama kamu.” Rasa nya tidak percaya bisa melihat Sifa yang berubah 1800.”Sifa,masuk yuk !” Tanya ku,sambil terus memandangi wajah Sifa yang cantik.Tanpa ragu sifa pun masuk dan duduk setelah aku persilahkan duduk.
Waktu terus berjalan,aku pun terus berbincang dengan sifa tentang aktivitas masing-masing.Dan dengan berjalannya waktu,kita tak sadar bahwa kita berdua sudah berbincang lama sekali,dan ternyata dari penbicaraan itu aku baru tersadar kalau aku telah jatuh cinta kepada Sifa pada pandangan yang pertama saat aku bertemu dengan Sifa yang sudah berubah dari seekor itik menjadi seekor angsa yang cantik.
Sesaat terlintas dipikiranku untuk menyatakan perasaan ku kepada Sifa.Tapi rasanya itu tidak mungkin karena kita berdua berteman sejak kecil di tambah aku dan Sifa baru bertemu untuk yang pertama kalinya setelah kami berpisah sewaktu kecil.
“Sifa ?” Tanya ku penasaran.
“Ya.” Jawab Sifa
“Kamu sudah punya pacar ?” tanya ku semakin penasaran.
“O…belum aku masih jomblo, memangnya kenapa ?” Jelas Sifa. Mendengar berita itu perasaan ku terhdap Sifa semakin tak karuan saja.
“Ayo Ridwan,cepat ungkapkan perasaan kamu pada sifa.!” Bisikan hati kiri ku bicara.
“Jangan Ridwan,ini bukan waktu yang tepat untuk kamu menyatakan perasaan pada Sifa,tunggu saja sampai waktu nya tepat.” Jawab bisikan hati ku satunya lagi.
Akhirnya atas pertimbangan diatas aku putuskan untuk menunda menyatakan perasaan ku pada nya.Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan seorang wanita memanggil Sifa.
”Sifa.” Panggil bibinya Sifa.
“Ya.” Jawab Sifa dengan lembut. “Ridwan sudah malam, aku harus pulang.Aku pamit dulu ya.”
“O…ya Silahkan.” Jawab ku dengan muka tidak rela Sifa harus pergi dari rumah.Aku pun pergi ke depan rumah untuk mengantarkan Sifa pulang ke rumah kakeknya.
“ Ridwan,aku mau bicara sesuatu sama kamu,pertemuan kita kali ini menyenangkan sekali dan aku tidak akan pernah melupakan kejadian ini, karena besok aku harus pulang ke Jakarta lagi.Terimakasih atas semuanya.” Mendengar berita itu aku sangat terkejut dan bingung dengan muka pucat,mata memerah,dan sedikit berkaca-kaca.Rasa nya seperti terkena petir di siang bolong, remuk,hancur,sakit banget hati ini.
“Pergi lagi, kenapa secepat itu ?” tanya ku.
“Maaf, ayah ku banyak pekerjaan dadakan katanya,dan harus dikerjakan secepatnya.”
Akupun menganggukkan kepalaku untuk membuktikan bahwa aku rela atas kepergian Sifa meskipun dalam hati kecilku aku sangat tidak rela atas kepergian sifa untuk yang kedua kalinya yang entah kapan akan kembali lagi kesini.
Detik demi detik terus berjalan, Sifa pun semakin jauh dari rumah ku dan sedikit demi sedikit Sifa mulai menghilang dari pandangan menjadi sebuah titik yang semakin kecil dan menghilang dengan sesekali Sifa menoleh ke arah ku hanya sekedar untuk melihatku.Malam itu sepertinya malam terahir untuk ku melihat Sifa.
“Kenapa kesempatan itu tidak aku manfaatkan dengan baik,padahal momen nya sudah memungkinkan.Kenapa waktu itu aku tidak mengungkapkan perasaanku padanya.Sekarang dia sudah pergi dan bahkan mungkin bakal susah sekali untuk bisa bertemu dengannya.”
No comments:
Post a Comment